Strategyfreegames.com – Harus diakui bahwa genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang saat ini masih ngetren dikalangan para gamers yang tidak bisa lepas dari peran game DOTA 2. Sebelumnya game DOTA pertama kalinya muncul di tahun 2003 lalu sebagai sebuah mod dari permainan Warcraft III. Sering populernya permainan tersebut maka pada tahun 2013 Valve turut meluncurkan Dota 2 sebagai salah satu game eksklusif di Steam secara gratis. Konsep yang hadir pada Dota 2 tidak berbeda dengan seri sebelumnya.
IceFrog menyuntikkan sensasi RPG yang lebih kental dengan membawakan pertempuran hero sebagai fokus utama. Tidak lagi harus dipusingkan dengan strategi mengangkat unit, gamers saat ini dibawa dalam mode PvP yang intens, cepat dan pastinya memacu adrenalin. Berfokus membangun peran terbaik pada pertempuran tim, DOTA bahkan hingga diakui sebagai salah satu game kompetitif yang sering sekali dipertandingkan pada kancah Internasional.
Tidak salah kalau Valve tertarik buat mengakuisisi nama satu ini. Perjalanan akuisisi Valve terhadap nama DOTA memang bukan perkara yang mudah. Sempat mengalami masalah dengan Blizzard sebagai pemilik dari Warcraft III. Perseteruan tersebut untungnya berakhir secara damai. Valve berkesempatan buat terus melanjutkan terus proyek ambisius tersebut. Menawarkan berbagai macam modifikasi pada sisi visual dan mekanik gameplay yang lebih seimbang lagi.
Game DOTA 2 terbuka juga untuk setiap gamer melalui sistem F2P yang diangkat. Mengingat masa beta yang telah berakhir dan eksistensinya sebagai sebuah game resmi terbuka secara komersial. Tentunya di permainan ini sendiri, Valve mempunyai tim pengembangan yang bekerja maksimal menelurkan artistik grafis yang memanjakan mata para pemainnya.
- Usaha “Memerah” Dota 2
Para pemainnya mampu saja merayakan bahwa saat ini mereka bisa memainkan karakter Dota 2 buat dua platform, mobile dan PC. Tapi, enggak ada alasan lain buat memainkan game ini selain membayar rasa loyal, sebab rip-off semacam ini tampil mengecewakan dan tampil buruk. Untuk usaha buat terbit ke genre permainan baru, Dota Underlords sendiri sebuah proyek yang sia-sia. Valve memang masih mengembangkan bahwa Dota Underlords buat beberapa waktu kedepan. Namun, berbeda dengan spin off Dota 2 sebelumnya, Artifact. Game ini sendiri hadir lemah sebab tidak mampu mengembangkan gameplay yang orisinal. Game ini juga lebih terkesan memaksa pemainnya lebih merayakan romantisme karakter DOTA. - Implementasi mekanik yang semrawut
Kalau dibandingkan sama Dota Underlords menambahkan sesuatu lebih fatal pada game ini. Yakni mekanik movement speed. Karakter Bloodseeker baru diangkat misalnya bisa berlari lebih cepat jika dibandingkan meloncat seperti banyaknya karakter Assassin pada Auto Chess. Pada saat fase tarungan dimulai, pemain akan melihat pembantaian yang sangat cepat. Baik itu kalah atau menang, pertarungan pada dalam Dota Underlords terlihat begitu tidak menarik buat dilihat dan sangat kasar. Hal tersebut membuat analisis permainan jadi cukup biasa. Seakan-akan, posisi pion pada papan permainan tidak berpengaruh banyak. Untuk itu pada saat terkena efek slow, hal ini pun berimbas dalam gerakan pion dari pemainnya. Padahal game auto battler mengambil ruang papan catur. - Beradaptasi dengan sisi visual baru
Buat memastikan game MOBA terbaru mereka tidak terus melalui proses hukum, Valve akhirnya mengubah berbagai macam aspek yang signifikan utamanya pada sisi kosmetik. Salah satu sangat signifikan yakni perubahan model karakter dipakai. Meskipun hadir dengan model karakter jauh berbeda lebih halus, pemainnya tetap bisa menemukan beberapa ciri utama karakter yang tetap dipertahankan di seri pertamanya. Konsep tersebut mempermudahkan para gamer DOTA pertama buat menyamakan diri dengan cepat, terutama mereka belum familiar dengan desain baru hero yang terdapat.Enggak cuma dari model karakternya saja, Valve sendiri menyuntikkan nama lebih “umum” buat mencegah permasalahan lebih jauh. Adanya perubahan visualisasi pada game DOTA 2 ini juga diterapkan buat beragam desain item dan persenjataan ditawarkan di toko. Memang butuh waktu lebih lama untuk para gamer pendatang baru maupun mereka sempat mencicipi DOTA pertama buat menguasai aspek tersebut lebih dalam. Enggak cuma sekedar mempelajari desain item dan resep untungnya.